Smk Sirojul Huda 3 Bogor menerima pendataran bagi siswa/siswi tahun 2012/2013

Kamis, 17 November 2011

DASAR-DASAR KELINGUISTIKAN



A. Ihwal Kata dan Pilihan Kata Untuk Menyunting Media

Media massa jelas sekali harus memerantikan bahasa untuk menyampaikan semua informasinya. Media massa yang baik pasti akan memerantikan bahasa dengan baik pula untuk menyampaikan semua pesan atau informasi kepada publiknya.Pemerantian bahasa yang demikian itu dalam media massa mengandaikan dapat terpenuhinya tuntutan pemakaian kaidah-kaidah kebahasaan yang benar. Begitu pula, hal yang demikian ini perlu memenuhi tuntutan kaidah-kaidah kemasyarakatan yang baik. Jadi, sesungguhnya bahasa di dalam media massa  itu harus diperhatikan kedua-duanya setiap kali memerankan diri  sebagai peranti penyampai pesan atau informasi kepada publik.

Dalam kerangka yang demikian itu, maka pilihan kata atau diksi dalam media massa sungguh menjadi sesuatu yang krusial untuk diperhatikan oleh  semua jurnalis. Demikian pula oleh para redaktur,  terlebih-lebih para redaktur bahasa yang terlibat  secara langsung dalam  setiap proses pemuatan berita dan tulisan-tulisan lain di media massa. Dalam konteks  diksi itu pula, maka mutlak dipahami oleh siapa saja yang terlibat di dalam pembuatan dan penyuntingan berita dan teks lainya, apa yang dinamakan peranti-peranti diksi dalam media massa. Beberapa peranti diksi atau pilihan kata yang harus diperhatikan di dalam berbahasa media itu di antaranya adalah sebagai merikut.


1. Ketepatan Pilihan Kata dalam Berbahasa Media

Ketepatan diksi atau pilihan kata dalam media massa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan dari sebuah kata atau kekata untuk menimbulkan kembali gagasan atau ide yang tepat pada imajinasi pembacanya, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulisnya.

 Ihwal ketepatan diksi juga sama sekali tidak dapat dipisahkan dari masalah kosakata dan makna kata. Oleh karea itu, dapat ditegaskan pula bahwa dalam media massa, persoalan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan penguasaan kosakata dari seseorang. Orang yang memiliki stok kata atau perbendaharaan kata yang baik, pasti akan lebih laluasa di dalam mengungkapkan  ide atau gagasannya. Demikian pula, di dalam mengolah penyampaian ide atau gagasan itu, seseorang yang kaya akan kata-kata atau perbendaharaan kata, pasti akan akan dapat melakukannya dengan lebih sempurna. Jurnalis yang andal, dipastikan juga akan memiliki perbendaharaan kata dan kekayaan yang luar biasa.

Nah, dalam kerangka ketepatan pilihan kata itu pula, untuk dapat melakukannya secara baik, seseorang harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1)  Memaknai kata secara objektif. Penafsiran makna yang objektif sangat diperlukan, terutama ketika seseorang berurusan dengan segala seluk-beluk data atau hal-ihwal fakta. Objektivitas dalam penafsiran atau pemaknaan yang demikian ini merupakan syarat untuk penulisan berita di dalam sebuah media massa. Dalam konteks karya ilmiah, objektivitas dalam memaknai sebuah kata, juga menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Jadi, masalah objektivitas harus dijadikan pertimbangan pokok oleh para jurnalis media, juga oleh para penyunting dan/atau redaktur bahasa di dalam media massa.

2)  Memahami penggunaan imbuhan-imbuhan asing pada sebuah kata atau kekata bahasa Indonesia dengan tepat. Bentuk bentuk kebahasaan asing yang dapat digunakan di dalam bahasa Indonesia, seungguhnya hayalah bentuk-bentuk kebahasaan yang sudah diserap secara resmi ke dalam bahasa Indonesia.
Pemakaian kebahasaanyang berada di luar itu akan cenderung membawa orang ke dalam alam verbalitas atau verbalisme bahasa. Dengan verbalisme bahasa yang demikian itu, maka orang lazim menggunakan konsep-konsep kebahasaan asing, tetapi tidak selalu bahwa makna  dari konsep dalm bahasa asing itu dimengerti dan dipahami oleh orang yang mengatakannya. Nah, kalau yang menuturkan saja tidak mengerti secara persis makna atau artinya, dan dia menggunakannya hanya atas pertimbangan gengsi dalam berbahasa (prestige-aspect consideration), bukan atas pertimbangan kebutuhan dalam praktik berbahasa (need-aspect consideration), maka pasti akan segera dapat diprediksikan pula, bagaimana nantinya yang menjadi para mitra tutur atau mitra wicaranya. Maka, sungguh sangatlah penting, memahani bentuk-bentuk serapan asing itu, bentuk-bentuk imbuhan dari bahasa asing dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dimensi-dimensi keasingan itu. Para jurnalis dan penyunting bahasa di dalam media massa harus benar-benar memperhatikan hal ini. Kedepan, sepertinya bentuk-bentuk kebahasaan yang demi kian ini akan semakin menjadi masalah atau problema kebahasaa yang pasti tidak mudah untuk diatasi.

3)  Menggunakan kata-kata yang sifatnya ideomatis atau kata-kata bersifat senyawa berdasarkan susunan yang tepat dan benar. Ihwal bentuk-bentuk senyawa atau bentuk-bentuk ideomatis dalam banyak media massa memang masih sering kurang diperhatikan. Banyak jurnalis media yang menyangka bahwa bentuk ideomatis yang sifatnya universal terdapat dalam setiap bahasa itu dapat diubah, dikurangi, ditambah, atau dimodifikasi sesuai dengan kehendak atau kemauannya sendiri. Maka, dalam kerangka ketepatan pilihan kata atau diksi ini harus penulis jelaskan, bahwa bentuk-bentuk senyawa atau bentuk-bentuk ideomatis itu tidak dapat dimodifikasi oleh siapa pun juga. Juga, atas pertimbangan-pertimbangan ekonomi kata (word economy) yang sering menjadi perhatian utama di dalam media massa. Jadi, prinsip yang terakhir disebutkan ini selayaknya jangan diterapkan pada bentuk-bentuk yang sifatnya ideomatis karena bentuk tersebut merupakan senyawa.(gmt/plg/adn).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar