Smk Sirojul Huda 3 Bogor menerima pendataran bagi siswa/siswi tahun 2012/2013

Senin, 31 Oktober 2011

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Sebagai pembuka wacana, ada baiknya kita kutip amanat Presiden Soekarno pada peringatan maulid Nabi Muhammad saw. di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, tanggal 6 Agustus 1963 (Penerbitan Sekretariat Negara No. 618/1963).
"Sore-sore saya dibawa oleh Presiden Suriah Sukri al-Kuwatly ke makam Salahuddin. Lantas Presiden Kuwatly bertanya kepada saya, apakah Presiden Soekarno mengetahui siapa yang dimakamkan di sini? Saya berkata, saya tahu, of course I know. This is Salahuddin, the great warrior, kataku. Presiden Kuwatly berkata, tetapi ada satu jasa Salahuddin yang barangkali Presiden Soekarno belum mengetahui. What is that, saya bertanya. Jawab Presiden Kuwatly, Salahuddin inilah yang mengobarkan api semangat Islam, api perjuangan Islam dengan cara memerintahkan kepada umat Islam supaya tiap tahun diadakan perayaan maulid nabi.

Jadi sejak Salahuddin tiap-tiap tahun umat Islam memperingati lahirnya, dan dikatakan oleh Pak Mulyadi tadi, juga wafatnya Nabi Muhammad saw. peringatan maulid nabi ini oleh Salahuddin dipergunakan untuk membangkitkan semangat Islam, sebab pada waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri terhadap serangan-serangan dari luar pada Perang Salib. Sebagai strateeg besar, saudara-saudara, bahkan sebagai massapsycholoog besar, artinya orang yang mengetahui ilmu jiwa dari rakyat jelata, Salahuddin memerintahkan tiap tahun peringatilah maulid nabi.

Sebagaimana dijelaskan dalam amanat Bung Karno di atas, peringatan maulid nabi untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriah) dari Dinasti Bani Ayyub, yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama "Saladin". Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.

Pada masa itu dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris). Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Bagdad, sebagai lambang persatuan spiritual.

Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka. Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad saw., 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.

Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idulfitri dan Iduladha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi.

Ternyata peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.

Jika kita membuka lembaran sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa, perayaan maulid nabi dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan maulid nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.

Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga, Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan maulid nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang "pengampunan" yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, "Dia mengampuni").

Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan maulid nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata gerebeg artinya "mengikuti", yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan maulid nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idulfitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Iduladha).

Keunikan suku Quraisy

Hal yang menarik untuk kita kaji adalah mengapa nabi dan rasul terakhir bagi umat manusia dibangkitkan Allah dari kalangan suku Quraisy di Semenanjung Arabia? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh Allah sendiri dalam Alquran Surat Quraisy ayat pertama dan kedua yang berbunyi, "Karena tradisi suku Quraisy. Tradisi mereka mengembara di musim dingin dan di musim panas".

Kota suci Mekah pada mulanya bernama Baka atau Bakkah, sebagaimana tercantum dalam Ali Imran 96. Dalam bahasa Arab, kata baka mempunyai dua arti, "berderai air mata" dan "pohon balsam". Arti yang pertama berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seakan-akan tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus commiphora) yang tumbuh di sana. Oleh karena huruf mim dan ba sama-sama huruf bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah.

Karena kota Mekah sangat gersang, orang-orang Quraisy penghuni kota itu tidak mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan sektor bisnis (perdagangan). Dibandingkan suku-suku lain di Semenanjung Arabia, suku Quraisy memiliki watak istimewa, tahan segala cuaca! Mereka memiliki tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas untuk berniaga.

Pada mulanya sebagian besar suku Quraisy memusuhi Islam sehingga Nabi Muhammad saw. dan para pengikut beliau harus meninggalkan kampung halaman berhijrah ke Madinah. Akan tetapi akhirnya seluruh orang Quraisy memeluk agama Islam, terutama setelah Rasulullah menguasai Mekah. Tradisi gemar mengembara dari suku Quraisy merupakan salah satu faktor yang ikut mempercepat penyebaran agama Islam. Hanya satu abad sesudah nabi wafat, pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang.

Rupanya sudah menjadi sunnatullah (hukum Ilahi) bahwa suatu ide atau ajaran akan cepat berkembang luas apabila disebarkan oleh orang-orang yang gemar mengembara. Dalam sejarah tanah air kita, organisasi Muhammadiyah memiliki pengalaman serupa. Pada zaman pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan, organisasi dakwah yang lahir di Yogyakarta ini baru tersebar di Pulau Jawa. Muhammadiyah segera berkembang cepat ke seluruh Nusantara setelah disebarkan oleh dua suku pengembara, orang-orang Minangkabau dan orang-orang Bugis.

Gersangnya daerah Mekah membawa hikmah lain, dua kekuatan adikuasa pada zaman Nabi Muhammad saw., yaitu Romawi dan Persia, tidak berminat untuk menguasai Mekah. Demikian pula ketika pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 kolonial Inggris dan Prancis berbagi kekuasaan di Timur Tengah, daerah Mekah sama sekali tidaklah mereka jamah. Dari zaman nabi sampai sekarang, Kakbah (Rumah Allah) tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan kelompok non-Muslim.

Ketika Nabi Ibrahim a.s. dan putera beliau Nabi Ismail a.s. mendirikan Rumah Allah, yaitu Kakbah sekarang, Nabi Ibrahim a.s. berdoa, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan anugerahkanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhirat." (Surat Al-Baqarah 126). Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut dikabulkan oleh Allah secara kontinu sampai hari ini! Meskipun tanah Mekah gersang dan tidak memproduksi buah-buahan, para jemaah haji dapat menyaksikan sendiri bahwa buah-buahan apa pun jenisnya dapat kita jumpai di Mekah, mulai dari anggur Prancis sampai pisang Ekuador.

Air pun kini berlimpah di Mekah. Di samping sumber telaga Zamzam yang tidak pernah kering, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dalam menyediakan air bersih dari hasil penyulingan (destilasi) air laut. Dengan teknologi tinggi yang disebut flash distillation, tekanan diturunkan sedemikian rupa sehingga air laut mendidih pada suhu 50 derajat Celsius, lalu uap air yang sudah terpisah dari garam-garam dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor) supaya cair kembali. Proses ini cukup murah sebab hemat energi. Di Jeddah pabrik penyulingan air laut semacam ini memproduksi 50 juta liter air bersih per hari, dan sebagian besar disalurkan ke Kota Mekah untuk keperluan para jemaah haji.

Sebagai penutup uraian, ada tiga kesimpulan yang patut kita petik. Pertama, perayaan maulid nabi kita selenggarakan untuk meningkatkan semangat juang dan sebagai alat dakwah. Kedua, Nabi dan rasul terakhir Muhammad saw. sengaja dibangkitkan Allah dari kota Mekah yang gersang, yang penduduknya bersifat gemar mengembara, untuk efektivitas penyebaran agama Allah. Ketiga, Allah senantiasa menganugerahi Mekah bahan makanan dan air yang berlimpah, serta melindungi kota suci itu dari dominasi kekuasaan kelompok lain. Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. (ADN)  

Kamis, 27 Oktober 2011

Sejarah Prasasti Batutulis

Pernahkan anda mengunjungi situs Prasasti Batu Tulis di Bogor? Situs yang terletak di desa Batu Tulis, Sukasari Bogor merupakan peninggalan Kerajaan Pajajaran. Prasasti dibuat pada tahun 1533M (1455 Saka) oleh Raja Surawisesa (1521-1535M) yang merupakan penerus Kerajaan Padjajaran. Tujuan pembuatan prasasti ini adalah untuk mengenang kebesaran ayahandanya, yaitu Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi yang memerintah Kerajaan Padjajaran tahun 1482-1521M atau 1404-1443 Saka.

Komplek Prasasti Batu tulis memiliki luas 17X15 m. Batu Prasasti berupa sebuah batu trasit berwar­na hitam, berbentuk kerucut dengan puncak terpancung dan kakinya berlekuk-Iekuk. Ukuran tinggi 151 cm, lebar bagian dasar 145 cm, dan tebalnya antara 12 – 14 cm. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dengan huruf Sun­da kawi. Besar aksara itu sendiri kurang lebih 3 x 3 cm, berwarna keputihan.

Dlm Kompleks-Prasasti Batu Tulis-Shangkala
gb : Batu Tulis
Kalimat prasasti berbunyi:
Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi  00.
Artinya :
Semoga selamat, ini tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu almarhum Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (Iagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kencana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam Saka 1455.
Dlm Kompleks-Batu Lingga-Shangkala
gb : batu lingga
Di komplek Prasasti juga dijumpai antara lain Batu Tapak (bekas telapak kaki Prabu Surawisesa), meja batu bekas tempat sesajen pada setiap perayaan, batu bekas sandaran tahta bagi raja yang dilantik, batu lingga dan lima buah tonggak batu yang merupakan punakawan (pengiring-penjaga-emban) dari batu lingga. Batu lingga ini adalah bekas tongkat pusaka kera­jaan Pajajaran yang melambangkan kesuburan dan kekuatan. Sekitar 200 meter dari komplek Prasasti, yaitu di daerah Panaisan yang merupakan bekas alun-alun kerajaan Pa­jajaran juga dapat ditemui 4 buah area batu.
Dlm Kompleks-Telapak kaki Prabu SUrawisesa-Shangkala
gb : Telapak kaki Prabu Surawisesa
Keempat area tersebut adalah patung Purwakali, Gelak Nyawang, Kidang Pinanjung dan Layung Jambul yang kanan masing-masing adalah Mahaguru, pengawal, dan pengasuh Prabu Siliwangi. Sayangnya sekarang patung batu ini sudah tiada kepalanya. Dicuri orang yang tidak menghargai warisan budaya bangsa.
patung-pengasuh-mahaguru-dan-pengawal-prabu-siliwangi
gb : patung Purwakali, Gelak Nyawang, Kidang Pinanjung & Layung Jambul
Kekuatan dan keagungan Prabu Siliwangi dipercaya bersemayam di dalam Batu Tulis sehingga memberikan perlindungan pada negara dari serangan musuh dan memberi kekuatan pada Raja yang memerintah. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan batin Prabu Siliwangi bersama para raja-raja terdahulu yang terus menaungi dan melindungi kerajaan dengan energi cinta dan  kasih.
Sayangnya hal ini dianggap sebagai suatu pemahaman dalam bentuk fisik di zaman sekarang. Yang seharusnya Prasasti Batu Tulis merupakan warisan budaya dan sejarah bangsa, malah dibongkar dan digali-gali dengan alasan mencari harta karun yang tersimpan di bawah prasasti. Bahkan ada yang dengan sengaja ingin menguasai untuk suatu kepentingan kelompok tanpa mengerti sebab dan akibatnya.  Ironis sekali hal ini dapat terjadi. Sebuah kenyataan bahwa anak bangsa tak bisa menghargai warisan leluhur bangsanya sendiri. Jika kita sadari bahwa tingginya nilai budaya suatu bangsa karena benar-benar menghargai sejarah dan budaya bangsa itu sendiri.

Padahal makna tersirat dari prasasti Batu tulis yang sebenarnya adalah merupakan ‘harta karun’ peninggalan Kerajaan Padjajaran yaitu sebuah ‘pengajaran luhur’ dari Prabu Siliwangi tentang sifat dan karakter : Silih Asih – Asah – Asuh. Saling mengasihi atau mencintai, saling mengasah dengan aktif berdiskusi bertukar pikir, dan saling mengasuh mengisi dalam kehidupan. Inilah yang seharusnya dipahami dan dilakukan sebagai anak bangsa yang sesungguhnya. (ADN)

Selasa, 25 Oktober 2011

Sejarah Singkat Kapten Tubagus Muslihat


Belum banyak orang tau, apabila jalan Kapten Muslihat yang setiap harinya tidak pernah dilalui kendaraan bermotor dan pejalan kaki itu ternyata menyimpan nilai sejarah tentang gugurnya seorang pejuang muda di masa revolusi, bahkan karena perjuangan dan pengorbanannya, selain nama besarnya diabadikan menjadi nama jalan tersebut, dibagian jalan lain tersebut didirikan pula monumennya, itulah monumen yang selama ini kita kenal sebagai Kapten Muslihat. Akan tetapi tahukah anda, siapa kapten Muslihat itu ?.

Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin tanggal 26 oktober 1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan buruh komunis yang saat itu tengah gencar-gencarnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Pendidikan formal Tb Muslihat diawali dari HIS Rangkas Bitung, akan tetapi, hanya sampai kelas 3, karena ia harus ikut pindah bersama orang tuanya ke Jakarta. Di Jakarta ia melanjutkan kembali pada tingkat sekolah yang sama hingga selesai.

Tamat dari HIS tahun 1940. kemudian dilanjutkan ke MULO sampai kelas 2. Sekeluarnya dari MULO, Tb Muslihat bekerja di BOSBOW Proefstasiun (Balai Penelitian Kehutanan) yang terletak di Gunung Batu Bogor, akan tetapi baru sebulan kerja disana, terjadi perang Pasifik, perang yang memaksa tentara dan pemerintahan Belanda menyerah kepada Jepang.

Sejak saat itu, tepatnya tahun 1942, kota Bogor dikusai oleh Dai Nippon. Sejalan dengan itu, Tb Muslihat berpindah kerja ke Rumah Sakit Kedung Halang Bogor, dan menjadi juru rawat, tetapi tidak lama kemudian pindah lagi ke jawatan kehutanan.

Situasi Kota Bogor dibawah kepemimpinan Dai Nippon tidak lebih baik dari  Pemerintahan Jepang dikenal dengan pemerintahan militer, segala kebijakan diserahkan kepada pucuk pimpinan angkatan perang di daerah kekuasannya masing-masing, garis kebijakan dibicarakan langsung dengan Markas Besar Angkatan perang, sedangkan pelaksanaan dari kebijakan tersebut sepenuhnya berada ditangan mentri pertahanan dan para Panglima Daerah pendudukannya masing-masing, hal semacam ini sudah merupakan watak dari penjajah.

Seiring dengan didirikannya tentara pembela tanah air PETA pada bulan oktober  Tb Muslihat meninggalkan pekerjaannya, ia mendaftarkan diri menjadi  tentara sukarelawan Pembela Tanah Air PETA, setelah melalui beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan berani, emudian dipilih menjadi  Shudanco (komandan Seksi atau peleton) bersamaan dengan Ibrahin Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman,Rojak dan Bustami.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang dibom oleh tentara sekutu, pada saat itu sikap tentara jepang tampak kebingungan, Seluruh anggota PETA yang ada di Asramanya langsung dibubarkan oleh tentara Jepang, dengan catatan senjata dan peralatan perang lainnya harus ditanggalkan, namun demikian ada juga beberapa orang yang berhasil keluar dari asrama tersebut dengan membawa senjata dan pedang, salah satunya adalah Shudanco Muslihat.

Dengan bermodalkan senjata curian itulah kapten Muslihat bersama rekan-rekannya meneruskan perjuangannya dan ikut bergabung dengan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang bekerjasama dengan organisasi API, AMRI, KRIS dab PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam kota, gerakan yang merwka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut senjata dari tangan Jepang.

Selanjutnya perjuangan mereka lebih meluas dengan merebut kantor-kantor yang di duduki tentara Jepang hingga menjadi milik Republik Indonesia. Karena Kapten Muslihat sangat dikenal sebagai seorang komandan yang tegas, maka perintahnyapun selalu dikuti oleh seluruh anak buahnya.

Pada tahun yang sama 1945. secara de jure dan de facto pemerintahan Republik Indonesia resmi didirikan di kota Bogor, pada saat itu BKR dibubarkan dan dirubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) oleh Jenderal Urip Sumoharjo, sedangkan Tubagus Muslihat diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalion II TKR.

Pada bulan Oktober 1945, situasi kota Bogor sangat genting, tentara Inggris dan Gurkha memasuki daerah Bogor, ditunggangi oleh tentara NICA, pertama kali yang mereka datangi adalah tengsi Batalyon XVI bekas tentara jepang yang memang sudah di kosongkan, merasa sudah kuat, tentara Inggris dan Gurkha melebarkan kekuasaannya dengan menduduki Kota Paris, tempat nyonya-nyonya dan anak-anak Belanda (RAOPWI) dikumpuilkan. Dlam waktu singkat dan tanpa melalui proses peperangan Kota Paris dapat direbut dengan mudah oleh tentara Inggris dan dijadikan wilayahnya,

Kadaan di dalam kota Bogor saai itu semakin kacau, tentara Inggris ternyata lebih sombong daripada Belanda, mereka mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat oleh pemuda-pemuda Bogor. Dalam situasi yang cukup panas itu, perundingan antara pembesar kota Bogor dan Inggris segera dilakukan, tetapi perundingan itu gagal, tentara Inggris berhasil memasuki istana Bogor. dengan berat hati pejuang-pejuang Bogor meninggalkan Istana.

Akibat sikap tentara Inggris  yang menyakitkan hati rakyat, maka pada tanggal 6 Desember 1945, seluruh masyarakat Bogor mengadakan pemberontakan, kendati hanya bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan alakadarnya, akan tetapi peperangan berlangsung sengit dan menggetarkan, terutama disekitar Istana Bogor dan Kota Paris.

Ditengah situasi Kota Bogor yang kian memanas dan berbau maut itu, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kemarkas-markas yang diduduki tentara Inggris dan Gurkha, padahal waktu itu istri kapten Muslihat dalam keadaan mengandung, makanya setiap kali akan melakukan peperangan kapten yang berusia relatif muda itu selalu berpesan kepada istrinya supaya ia dapat menjaga sijabang bayi, bahkan untuk menghibur dan menenagkan hati istrinya kapten muslihat sering berkata apabila kelak anaknya lahir akan ia beri nama merdeka.

Hingga suatu hari yang nahas, tepatnya tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang terletak di jalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), dalam penyerangan tersebut ikut turut pula Gustiman (adik kandung kapten Muslihat).
Kontak senjatapun terjadi mewarnai penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha sangat kuat. Merasa kesal karena serangan yang dilakukannya belum dapat mematahkan kekuatan musuh, maka kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyian dan melakukan pennyerangan penyerangan secara terbuka.

Awalnya serangan yang dilancarkan ditempat terbuka memang banyak mengakibatkan beberapa pihak musuh ambruk diterjangan peluru yang dimuntahkan dari senjatanya. Akan tetapi tiba-tiba sebutir peluru dari pihak musuh mengenai bagian perutnya. Darah mengucur dari perut kapten muslihat. Seperti banteng terluka, kapten Muslihat terus menyerbu menembaki musuhnya hingga ia tidak memperdulikan lagi berapa peluru yang sudah bersarang ditubuhnya akibat serangan balik yang dilancarkan yang dilancarkan musuh.
Melihat kondisi yang menyakitkan dan menyayat hati siapapun yang melihatnya. Gustiman memburu kearah kapten Muslihat dan berusaha untuk menolongnya, tetapi kapten muslihat memerintahkan supaya adiknya menyingkir dari lokasi tersebut, ia khawatir akan semakin menambah korban, sampai ketika sebuah peluru lagi menerjang bagian punggungnya, barulah seketika itu tubuh Kapten Muslihat jatuh tersungkur mencium bumi, darah segar bersimbah memenuhi badannya, dfan kaos oblong putih polos yang dikenakannya berubah menjadi merah.
Sekalipun sangat sulit untuk menarik tubuh kapten Muslihat dari arena pertempuran karena terus menerus dihujani peluru, tapi berkat kesigapan PMI dan pasukan yang dipimpinnya, akhirnya tubuh kapten muslihat berhasil juga ditarik keluar dari arena pertempuran dan diboyong kerumahnya yang terletak di Panaragan.
Sebelum menghebuskan napas terakhirnya, Kapten Muslihat berwasiat kepada istri dan keluarganya, supaya uang simpanannya yang berjumlah Rp 600 (uang kertas Jepang) disedekahkan kepada fakir miskin, sedangkan kepada kolega dan beberapa anak buahnya beliau berpesan agar meneruskan perjuangannya.”Kita pasti menang dan Indonesia pasti merdeka!!!. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar” seiring dengan berakhirnya takbir tersebut, tubuh kapten Muslihat mengejang dan diam tak bergerak untuk selamanya, inalilahi wainailahi rojiun. Peninggalkan kapten Muslihat disaksikan oleh Dr Marjuki Mahdi. dari berbagai sumber. (Adnan)

SDN Sukadamai 3 Tanah Sareal Juara Cerdas Cermat Dokter Kecil HKN ke-47

KORANBOGOR.COM, BOGOR – Sekolah Dasar Negeri (SDN)  Sukadamai 3 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor tampil sebagai juara lomba cerdas cermat dokter kecil (dokcil) dalam rangkaian memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 47 tahun 2011 tingkat Kota Bogor yang digelar di Aula Srikandi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor, Senin (24/10/2011). SDN Sukadamai 3 yang diperkuat oleh tiga dokter kecil yakni Yumni Aisyi, Azza Dina Ikhwan, dan Rizky Tsany tampil sebagai juara cerdas cermat setelah dalam final menyisihkan 3 finalis lainnya yakni SD Pertiwi, SDN Cibuluh  dan SDN Tajur 1.   Selain berhak berhak memboyong Tropy,  SDN Sukadamai 3  juga berhak atas hadiah hiburan yang disiapkan oleh panitia.
Lomba cerdas cermat dokter kecil dalam rangkaian HKN ke 47 diikuti 18 SD se Kota Kota Bogor.  Dari 18 peserta yang berhak lolos ke final hanya  4 SD yakni SDN Sukadamai 3, SD Pertiwi, SDN Cibuluh, dan SDN Tajur 1.
Kepala Bidang Kesehatan Keluarga pada Dinas Kesehatan Kota Bogor dr. Sri Pinantari Hanum mengatakan,   lomba cerdas cermat dokter kecil, digelar dalam rangkaian memeriahkan HKN ke 47  tingkat Kota Bogor tahun 2011.
Sri Pinantari mengatakan, dari 18 SD yang ikut ambil bagian dalam lomba cerdas cermat merupakan perwakilan dari 6 Kecamatan dan merupakan binaan dari Tim pembina Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Kota Bogor. “Jadi, kita mengadakan cerdas cermas dokter kecil sekaligus untuk mengevaluasi para kader kesehatan dalam membina UKS,“ jelasnya.
Sejauh ini, lanjut Sri, upaya yang dilakukan pihak Dinas Ksehatan dalam membinan UKS melibatkan para kader kesehatan, guru UKS, dan Pusekesmas-Puskesmas yang ada di 6 Kecataman se-Kota Bogor.
Sementara itu Ketua Panitia  HKN ke 47 tingkat Kota Bogor dr. Suyanto Kurniawan mengatakan, masih ada dua agenda kegiatan lainnya dalam rangkaian memeriahkan HKN ke 47 tingkat Kota Bogor, yakni jalan santai dan upacara puncak HKN pada bulan November mendatang. (ys)

Senin, 24 Oktober 2011

Memperkuat KPK dengan Kritik

KORANBOGOR.COM, BOGOR – Peryataan Fahri Hamzah dan pimpinan Komisi III DPR mengenai wacana pembubaran KPK mengundang pro-kontra di masyarakat. Banyak yang menyesalkan ide tersebut disampaikan oleh DPR, lembaga yang seharusnya justru mendukung pemberantasan korupsi. Di sisi lain, yang setuju berpendapat, KPK tetaplah lembaga negara yang harus diawasi dan karenanya, tidak kebal dari kritik.
Pembubaran KPK jelas merupakan ide yang tidak berdasar. Setelah KPK dibubarkan, lalu apa? Kembali mempercayakan pada kepolisian dan kejaksaan? Alih-alih memberantas korupsi, yang terjadi justru kepercayaan rakyat yang semakin tergerus pada pemerintah.
Di sisi lain, KPK juga harus diperkuat. Bentuknya bukan selalu dalam memberikan dukungan. Lembaga yang melawan koruptor justru butuh lebih banyak kritik. Paling tidak karena dua asumsi.  Pertama, koruptor punya sumber daya tidak terbatas untuk melawan balik (fight back) dan karenanya, segala cara bisa ditempuh. Termasuk, melakukan infiltrasi dan mempengaruhi oknum pejabat KPK. Kedua, kasus korupsi sangat rawan ditunggangi kekuasaan. Modusnya sederhana, kasus yang berkaitan dan dekat dengan kekuasaan dibiarkan berlarut, tapi kasus korupsi lawan politik penguasa terus diusut dan bahkan cenderung diada-adakan.
Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) misalnya, menunjukkan penurunan kepercayaan publik yang signifikan terhadap KPK. Dalam temuan LSI, sebanyak 46,3 persen dari 1.200 orang responden menyatakan tidak puas terhadap cara KPK menangani kasus dengan tersangka mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazaruddin. Mereka yang puas, dalam temuan LSI, hanya 29,7 persen dan tidak menjawab sebesar 24 persen.
Penurunan kepercayaan publik ini, dalam temuan LSI, paling tidak dipengaruhi oleh 4 hal. Pertama, publik menilai jajaran pimpinan KPK saat ini tidak seberani para pendahulunya. Kedua, Pimpinan KPK dianggap sudah tersubordinasi oleh pengaruh kekuasaan. Indikasi utamanya adalah penyelesaian kasus Bank Century yang belum juga menemukan titik terang. Ketiga, lembaga KPK diyakini sudah disusupi jaringan mafia hukum. Dan keempat, pimpinan KPK disangkakan ‘bermain mata’ dengan pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kasus tindak pidana korupsi.
Tulisan ini bukan untuk membela DPR ataupun KPK. Relasi keduanya seharusnya sinergis dan saling mendukung. Legislatif, selaku lembaga pengawas tertinggi punya hak penuh untuk mengkritik kinerja pemberantasan korupsi yang dianggap lamban. Sementara KPK, memiliki otoritas untuk mengawasi potensi terjadinya korupsi di dewan. Ide dalam tulisan ini adalah, KPK perlu diperkuat, dan karenanya perlu lebih banyak kritik daripada sekedar dukungan atau bahkan pujian.
Pertaruhan Kepercayaan
Ikhtiar pemberantasan korupsi adalah bagian dari agenda reformasi yang tidak kunjung selesai. Seiring bergantinya penguasa, berganti pula pola, model, dan juga aktor korupsi. Yang tidak berubah adalah kenyataan, negara terus merugi dan tidak mampu melawan.
Harus diingat, bahwa berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah bagian dari ikhtiar negara yang hampir kalah melawan gurita korupsi, disfungsi Kejaksaan dan Kepolisian, serta hukum yang selalu gagal mengelak dari lembaran tebal rupiah. Dengan bahasa yang lebih sederhana, KPK ada untuk mengembalikan kepercayaan rakyat kepada negara, khususnya dalam upaya pemberantasan korupsi.
Menjaga kepercayaan, bagaimanapun jauh lebih sulit daripada mendapatkannya. Dalam konteks ini, nampaknya KPK mengalami kesulitan. Bukan kesulitan dalam upaya pemberantasan korupsi, tapi sulit dalam menjaga kepercayaan rakyat. Pemberantasan korupsi berjalan, tapi justru terkesan “hati-hati” dan “tebang-pilih”. KPK begitu sigap menangkap lawan politik penguasa, tapi tertatih dan sangat birokratis dalam menghadapi kasus-kasus orang dekat penguasa.
Dugaan korupsi dari dalam lingkar kekuasaan ini yang nampaknya sulit diungkap KPK. Padahal, dari pengungkapan kasus-kasus ini justru kepercayaan publik dipertaruhkan. Kasus Bank Century yang berlarut sampai keterlambatan mencekal Nazaruddin menjadi catatan tersendiri bagi masyarakat perihal kiprah KPK. Maka menjadi wajar munculnya dugaan adanya subordinasi penguasa terhadap penanganan kasus-kasus korupsi.
DPR dalam hal ini sebagai lembaga pengawasan tentu berhak mengingatkan KPK sebagai mitra kerja. Tapi, dewan juga harus lebih cermat dalam menangkap aspirasi dan logika publik. Bagaimanapun, pernyataan dewan adalah refleksi dari kinerja dan cara pandang mereka terhadap penyelesaian masalah. Sulit mencerna ide pembubaran KPK hanya sekedar kritik, dan bukan bentuk ketakutan mereka terjadap intensitas pemeriksaan KPK terhadap modus-modus permainan anggaran di dewan.
Melawan korupsi butuh lebih dari sekedar kemampuan dan keberanian. Dibutuhkan legitimasi yang kuat untuk menangkap aktor-aktor intelektual yang terkadang justru tepat berada, atau dekat dengan sentra kekuasaan. Dalam hal ini legitimasi formal kelembagaan saja tidak cukup. Kejaksaan dan Kepolisian adalah lembaga dengan legitimasi formal yang kuat tetapi kenyataannya tidak cukup mampu menyelesaikan kasus-kasus besar, dan beberapa justru malah terlibat di dalamnya.
Masih Bisa Berharap?
Solusi pemberantasan korupsi melalui pendekatan kelembagaan, seperti mendirikan KPK tentu saja patut diapresiasi. Masalahnya kemudian, perlu dibuat sebuah mekanisme tersendiri agar independensi KPK tetap terjaga; tidak menjadi alat penguasa untuk memberantas lawan politik dan sebaliknya justru melindungi kroni. Ini penting, mengingat justru korupsi sangat potensial terjadi dari dalam lingkaran kuasa; power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely.
Ikhtiar melawan korupsi tidak boleh berhenti. Dan kita berharap jajaran pimpinan KPK yang baru nanti mampu mengembalikan kepercayaan, bukan justru menghamba pada kekuasaan. Sekali lagi, pemberantasan korupsi butuh kritik, bukan hanya dukungan atau sanjungan. Dengan begitu, mudah-mudahan kita tidak perlu membuat lembaga ad hoc lagi untuk menggantikan KPK. Semoga. (OZ)

Bogi Power Car UNY Raih Juara Umum Pertama di KMLI III

KORANBOGOR.COM, BOGORMobil listrik hasil karya mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali dikukuhkan sebagai juara umum dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) III.
Kompetisi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tingggi (Dikti) tersebut berlangsung di Politeknik Negeri Bandung pada 21-23 Oktober lalu. Dalam kompetisi tersebut, 11 mobil listrik karya mahasiswa dari seluruh Nusantara berlomba untuk menjadi yang terbaik.
Tim UNY yang mengikuti kompetisi ini merupakan gabungan dari mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA). Mereka adalah Yuni Nurfiana (FMIPA), Sukci Winanti (FMIPA), Essy Purwaningtyas (FMIPA), Brilian Prasetyo (FT), Rizki Edi (FT), Nirmala Adhi Yoga (FT), dan Tafakur (FT).
Menurut Yuni Nurfiana, Ketua Tim UNY, mobil yang diberi nama Bogy Power Car tersebut mampu melaju hingga kecepatan 80 kilometer (km) per jam dengan jarak tempuh 46 km untuk sekali pengisian baterai.
“Mobil ini menggunakan empat baterai 12 volt, 40Ah seperti yang digunakan mobil pada umumnya. Sedangkan sumber penggeraknya, yakni empat dinamo DC tanpa sikat dengan daya 2.000 Watt dengan output power sekira 12 tenaga kuda,” ujar Yuni seperti dikutip dari laman UNY, Selasa (25/10/2011).
Mobil berwarna merah menyala ini merupakan prototipe mobil listrik dengan dimensi lebar 128 cm, panjang 180 cm, dan berat 184 kilogram. Pengemudi Bogi Power Car, Brilian Prasetyo mengungkapkan, mobil yang dibuat sejak Februari 2010 ini telah menorehkan banyak prestasi di ajang KMLI.
“Dalam KMLI, mobil ini telah mendapatkan dua kali gelar juara umum, satu kali menjadi juara dua, serta meraih lebih dari delapan juara pada kategori lainnya,” ujarnya.
Kompetisi KMLI kali ini mengusung tema Mobil Listrik Kendaraan Efisien dan Bebas Polusi dan melombakan lima kategori, yaitu katagori uji daya tanjak, uji akselerasi, uji pengereman, uji kecepatan dan uji efisiensi.
Bogi Power Car meraih nilai tertinggi pada tiap kategori, terutama uji daya tanjak dan uji efisiensi, maka akhirnya dinobatkan sebagai juara umum pertama. Untuk juara umum kedua ditempati oleh Tim GX-Titen dari Universitas Jember dengan mobil Titen GX-3. Sementara, posisi juara umum ketiga dihuni Tim HMTM STTNas dari Sekolah Tinggi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta dengan mobil Speeder II Revolution.

Sejarah Nama Iwan Fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 50 tahun) adalah seorang Penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.